CORE CIPETE

Pengembangan gedung kantor berbasis TOD akan lebih menarik minat penyewa dan atau pembeli unit ruang kantor, karena lebih cepat untuk mencapai pusat perkantoran baik di CBD maupun TB Simatupang.

sektor yang menggerakkan permintaan ruang kantor dalam lima tahun terakhir adalah co-working space, IT, keuangan, fintech, sekuritas, telekomunikasi, e-commerce dan perbankan. “Mengikuti perkembangan zaman,” cetus Martin. Berbeda kondisinya dengan 10 hingga 15 tahun yang lalu, permintaan ruang kantor digerakkan oleh sektor-sektor besar seperti minyak dan gas, pertambangan, dan asuransi. Demi mengakomodasi permintaan, desain floor plate ruang kantor akan lebih luas karena ruang kantor akan mengikuti tren tertentu yaitu dilengkapi dengan sofa, café, gym dan ruang berinteraksi sesama pekerja di perusahaan tersebut. Adapun pengembangan gedung kantor akan dilengkapi dengan fasilitas ritel seperti café dan restoran, khususnya fine dining karena di sinilah para profesional akan melakukan meeting dan networking.

Head of Markets Jones Lang Lasalle (JLL) Indonesia Angela Wibawa menilai, kehadiran moda raya terpadu (MRT) mulai dipertimbangkan sebagai salah satu faktor pendukung bagi calon penyewa dalam memilih gedung perkantoran. Sekali pun belum ada riset secara pasti dampak kehadiran MRT terhadap peningkatan permintaan okupansi gedung perkantoran di kawasan pusat bisnis Jakarta maupun di luar kawasan tersebut. “Kalau kita lihat gedung-gedung yang ada akses MRT-nya, itu demand-nya tinggi. Jadi, kebanyakan tenant sekarang karena sudah ada MRT, akan bertanya, gedung ini untuk akses MRT-nya berapa jauh? Basically itu semacam tick in the box,” ucap Angela menjawab Kompas.com, Rabu (17/7/2019). Baca juga: Serapan Perkantoran Jakarta Dinilai Masih Stabil Demikian halnya dengan riset terkait permintaan gedung perkantoran yang berada di sekitar stasiun MRT. Namun, menurut Angela, dari sejumlah permintaan yang diajukan calon penyewa ke JLL, banyak yang mempertanyakan keberadaan lokasi stasiun MRT. “Jadi kalau komparasinya adalah easy access, kalau ada MRT pasti skoringnya lebih tinggi dibandingkan yang tidak ada akses MRT,” ucapnya. Angela mengatakan, sedikit banyak kehadiran MRT mulai mengubah gaya hidup pekerja kantoran yang berada di sekitar koridor yang dilaluinya mulai dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI. Bila sebelumnya, mereka yang bekerja di kawasan SCBD hanya makan di sekitar kawasan tempat kerjanya, kini mereka memiliki pilihan untuk makan di tempat lain yang lokasinya lebih jauh. Hal itu disebabkan kemudahan akses ini memungkinkan terpangkasnya waktu tempuh. “Sekarang mereka bisa maka di Grand Indonesia atau Plaza Indonesia, karena kalau dulu bisa commute 30-40 menit, sekarang cuma 10-15 menit. Itu bisa meningkatkan mindset trend fasilitas dimana orang bisa menghemat waktu,” pungkas Angela. Secara umum, jumlah pasokan ruang perkantoran baru di kawasan CBD Jakarta per Semester I-2019 bertambah 23.500 meter persegi, sehingga total pasokan saat ini mencapai 6,4 juta meter persegi. Dilihat dari permintaan, 43 persen di antaranya berasal dari perusahaan berbasis teknologi seperti online marketplaces, travel booking, fintech dan online gaming. Adapun tingkat okupansi ruang perkantoran cukup baik yakni mencapai 76 persen untuk seluruh grade.


Akses jalan tol sudah tidak mampu menampung pengguna mobil, sehingga masyarakat harus berjam – jam di perjalanan. Salah satu solusi bisa dilakukan pemerintah dan pengembang properti adalah melakukan kolaborasi membangun kawasan yang dekat dan lengkap ada transportasi publik. Karena untuk membangun kawasan terintegrasi dan multiplier effect harus perhatikan transportasi publik. Kondisi ini akan memudahkan masyarakat atau penghuni kawasan tersebut dan meningkatkan perkembangan daerah tersebu



0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.